Berpelukan Redam Stres dan Kurangi Risiko Infeksi
A
A
A
WASHINGTON - Berpelukan adalah hal yang wajar dilakukan banyak orang. Tapi, tahukah Anda jika kegiatan ini bermanfaat bagi kesehatan?
Mengutip dari The Daily Mail, para peneliti dari Universitas Carnegie Mellon di Amerika Serikat (AS) mengatakan berpelukan dapat meredakan stres. Kesimpulan ini diambil setelah para periset melakukan riset terhadap 400 orang mengenai masalah yang sering dihadapi dan dukungan yang mereka dapatkan.
Para responden ini kemudian terpapar virus demam biasa dan mereka kemudian dikarantina. Hasilnya menunjukkan mereka yang merasa didukung keluarga dan teman tidak berisiko besar terkena infeksi karena situasi stress. Dan, pelukan bertanggung jawab atas sepertiga efek protektif dukungan sosial.
Mereka yang merasa didukung—dan mendapatkan lebih banyak pelukan—mengalami gejala sakit yang tak terlalu berat tak peduli seberapa besar stress yang sedang mereka derita.
“Ini mengindikasikan dipeluk orang yang dipercaya bisa bertindak sebagai sarana efektif meyakinkan dukungan. Itu juga mengindikasikan meningkatnya frekuensi berpelukan bisa menjadi sarana efektif pengurangan efek merusak stress,” papar dosen psikologi Sheldon Cohen.
Dia menambahkan efek perlindungan berpelakukan muncul karena kontak fisik atau karena memeluk memprovokasi timbulnya perasaan didukung dan intim.
“Orang yang menerima pelukan lebih banyak lebih terlindungi dari infeksi,” ujar dia.
Menurut Cohen, timnya memilih mengkaji pelukan sebagai contoh dukungan sosial karena pelukan biasanya penanda hubungan yang lebih intim dan dekat dengna orang lain.
“Kami tahu bahwa orang yang sedang mengalami konflik dengan orang lain tidak terlalu mampu memerangi virus demam. Kami juga tahu orang yang melaporkan memiliki dukungan sosial sebagian terlindungi dari efek stres dan kondisi psikis seperti depresi dan kecemasan,” papar Cohen.
Timnya juga menguji apakah persepsi dukungan sosial itu sama efektifnya dalam melindungi orang dari kelemahan akibat stres terhadap infeksi. “Dan, apakah menerima pelukan itu bertanggung jawab atas perasaan didukung dan melidungi seseorang dari infeksi,” ujar dia.
Mengutip dari The Daily Mail, para peneliti dari Universitas Carnegie Mellon di Amerika Serikat (AS) mengatakan berpelukan dapat meredakan stres. Kesimpulan ini diambil setelah para periset melakukan riset terhadap 400 orang mengenai masalah yang sering dihadapi dan dukungan yang mereka dapatkan.
Para responden ini kemudian terpapar virus demam biasa dan mereka kemudian dikarantina. Hasilnya menunjukkan mereka yang merasa didukung keluarga dan teman tidak berisiko besar terkena infeksi karena situasi stress. Dan, pelukan bertanggung jawab atas sepertiga efek protektif dukungan sosial.
Mereka yang merasa didukung—dan mendapatkan lebih banyak pelukan—mengalami gejala sakit yang tak terlalu berat tak peduli seberapa besar stress yang sedang mereka derita.
“Ini mengindikasikan dipeluk orang yang dipercaya bisa bertindak sebagai sarana efektif meyakinkan dukungan. Itu juga mengindikasikan meningkatnya frekuensi berpelukan bisa menjadi sarana efektif pengurangan efek merusak stress,” papar dosen psikologi Sheldon Cohen.
Dia menambahkan efek perlindungan berpelakukan muncul karena kontak fisik atau karena memeluk memprovokasi timbulnya perasaan didukung dan intim.
“Orang yang menerima pelukan lebih banyak lebih terlindungi dari infeksi,” ujar dia.
Menurut Cohen, timnya memilih mengkaji pelukan sebagai contoh dukungan sosial karena pelukan biasanya penanda hubungan yang lebih intim dan dekat dengna orang lain.
“Kami tahu bahwa orang yang sedang mengalami konflik dengan orang lain tidak terlalu mampu memerangi virus demam. Kami juga tahu orang yang melaporkan memiliki dukungan sosial sebagian terlindungi dari efek stres dan kondisi psikis seperti depresi dan kecemasan,” papar Cohen.
Timnya juga menguji apakah persepsi dukungan sosial itu sama efektifnya dalam melindungi orang dari kelemahan akibat stres terhadap infeksi. “Dan, apakah menerima pelukan itu bertanggung jawab atas perasaan didukung dan melidungi seseorang dari infeksi,” ujar dia.
(alv)